Selasa, 24 Maret 2009

WTC, miss u but I have to let u go

Berpisah dengan mu
Tlah membuatku smakin mengerti
Betapa indah saat bersama
Yang masih selalu ku kenang

Slamat jalan kekasih
Kaulah cinta dalam hidupku
Aku kehilangan mu
Untuk slama-lamanya

Cukup sekali
Kau lukai hati ini
Tak ingin terulang kembali
Kau tinggalkan ku sendiri

Slamat jalan kekasih
Kaulah cinta dalam hidupku
Aku kehilangan mu
Untuk slama-lamanya

Aku cinta padamu
Aku masih menyayangimu
Walau hanya di hati saja
Untuk slama-lamanya

Lagu Rita Efendi yang judulnya 'Selamat tinggal kekasih' yang dirilis sekitar akhir tahun 199o-an ato awal tahun 2000 kayanya cocok banget ama yang aku rasain sekarang ini.
Sedih, merana (waduh.... kayanya parah banget neh) yach, pokoknya gitu deh.

Setahun menjalin hubungan yang luar biasa unik, saat ingin mengakhiri kenapa juga harus terasa sakit y? Ada rasa lega, sedikit tenang, tapi juga sedih, g rela dan sakit ruarrrrr biasa (wah, qo jadi iklan multivitamin pria????)

Hubungan ini unik karena dari mulai kami mutusin buat ngebina hubungan ini, selama kami menjalani hubungan ini, sampai saat blog ini aq tuli, kami ga pernah ketemu. Qo bisa?????
Ya iyalah..... Namanya juga unik. hehehe..........
Tapi bukan berarti kami g pernah ketemu, jauh sebelum jadian udah saling kenal bahkan kerjaan kami saling berhubungan waktu kami sama-sama di Balikpapan.

Cinta pada pandangan pertama????
G tuh, cuma ngerasa nyaman saat bersama. dia tempat aq curhat klu aq ada masalah, dan kami saling dukung saat memutuskan untuk mencoba 'peruntungan' lain lewat pekerjaan yang lain (pindah kerja maksudnya), aq di Jakarta dan dia di Kalsel. Wah..... Udah pisah sejauh itu, mana dah tau g bakal bisa nyatu secara beda iman qo bisa nekat? Idealisnya orang bakal bilang kalu hati udah bicara, semua menjadi mungkin. Kata laennya, hati ngalahin otak.

Emang bener seh, tapi lama-kelamaan semua jadi semakin tidak mungkin. Aq sibuk dengan kerjaan aq, dia sibuk dengan kerjaannya dan mungkin kami termasuk orang yang agak workaholic. Hiks....... Saling menghubungi menjadi jarang dan kami sepertinya nyaman-nyaman aja dengan semua itu. Tanpa rasa kehilangan ataupun sedih. Semua sepertinya wajar aja tuh. Tapi kenapa saat aku memutuskan untuk mengakhiri semua ini dan memulainya dengan hal yang baru, tetap saja ada rasa sakit dan sedih?

Yang pasti, karena aku menyayanginya, mungkin ini yang terbaik untuk kami berdua. Aku yakin ada seseorang yang jauh lebih baik buat dia daripada aku. Seseorang yang dapat selalu dekat dengannya, mengisi hari-harinya, dan yang terutama yang dapat menjadi istri yang solehah baginya.

Luv...... Dee

Senin, 23 Maret 2009

Peluk


Hehehe.....
Lagi dengerin radio neh, stasiun radio yang sedang aku dengerin muterin lagunya Dewi Lestari yang judulnya "Peluk" enak banget neh mana cuacanya lagi hujan, mana ac kantor sedingin kulkas, kayanya kalu di peluk enak neh..... hehehe.......

Ngomong-ngomong soal peluk, kenapa ya nyaman rasanya kalu ada yang memeluk kita? Bahkan bayipun sangat menikmati saat berada dalam buaian ibunya (atau mungkin karena bayi mang g bisa protes y?) Saat bahagia, kadang kala kita salang memeluk. Saat sedihpun, sebuah pelukan dapat membuat kita menjadi merasakan ketenangan.

Kala mendengar irama detak jantung seseorang yang memeluk kita, secara tidak langsung dapat memberikan ketenangan dalam diri kita. Memberikan rasa aman, nyaman, damai, dan terlindungi. Mungkin itulah yang membuat para bayi bisa tenang dalam gendongan, atau dapat meredakan kesedihan kita.

Tapi bukan berarti boleh meluk sembarangan orang lho........